Sumber: Pertjatoeran Doenia dan Film, No. 1, Tahun I, Juni 1941, hlm 44-45.
Film adalah salah satu cabang yang penting dalam dunia kesenian. Film meminta keharusan-keharusannya yang tersendiri dalam kecakapan pemainnya. Orang yang sudah biasa main tonil, belum tentu dapat main baik di dalam film. Cerita-cerita yang dimainkan dalam film itu macam-macam sifatnya; ia mengandung riwayat, pendidikan, politik, keilmuan dan kadang-kadang juga sifat keagamaan, sebagai Budha film misalnya. Semuanya itu saling berganti sebagai titik-titik yang penting dalam garis perjalanan cerita film menggambarkan keadaan hidup manusia dalam senang dan susahnya, yang disusun selaku cerita roman yang menarik. Film menggambarkan segala gerak-gerik hidup manusia. Semuanya itu disusun dengan sangat menarik, agar dapat menggetarkan perasaan, menggetarkan jiwa kita. Tinggi dan rendahnya derajat cerita-cerita film itu sama sekali bergantung pada tinggi dan rendahnya derajat penulis cerita-ceritanya.
Tiap-tiap bangsa mempunyai penulis-penulisnya sendiri, begitu pula untuk filmnya. Karena itu maka corak film yang keluaran Eropa berbeda daripada film keluaran Asia. Cerita-cerita film itu juga sering dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang pada satu ketika meliputi negeri pengarangnya. Waktu ini misalnya banyak kita lihat film-film yang menggambarkan kekejaman Hitlerisme. Jadi kalau kita lihat perjalanan film itu dalam globalnya nampaklah, bahwa film itu gambar hidup manusia.
Perempuan mempunyai bagian yang tidak sedikit dalam film. Orang yang tidak begitu mengerti banyak yang mengira, bahwa orang yang main dalam film itu orang yang rendah kesusilaannya. Karena itu mereka tadi, apalagi di kalangan bangsa kita, mempunyai sikap merendahkan kepada para pemain film. Hal ini tidak mengherankan, karena jika kita membaca bagaimana hidup bintang-bintang film dari Hollywood misalnya, memang banyaklah yang kurang kesusilaannya, lebih-lebih bagi bangsa Timur. Tetapi walaupun begitu tak boleh kita memandang tiap-tiap bintang film itu sebagai orang yang demikian. Film adalah kesenian, dan kesenian bisa dijalankan tiap-tiap orang, baik yang rendah kesusilaannya, maupun yang tinggi. Makin tinggi kesusilaan orang yang menjalankan kesenian itu, makin naiklah derajat kesenian itu dalam masyarakat.
Dunia film tidak hanya mengenal perempuan-perempuan yang kurang kesusilaannya, tetapi juga perempuan-perempuan yang tinggi budi-pekertinya, perempuan-perempuan yang kuat kemauannya dan tinggi kemanusiaannya. Paulette Goddard misalnya seorang pemain film yang kuat pendiriannya. Karena ia ingin mengembangkan kekuatannya dan, kecakapannya dengan merdeka, agar dapat menumpahkan seluruh jiwanya kepada rolnya, maka ia menolak pengaruh Charlie Chaplin, sedangkan banyak pemain-pemain perempuan lain, yang sama sekali sudah dibawah pengaruhnya, hingga dalam mainnya sebenarnya menjadi “perkakas” dalam tangan Charlie Chaplin itu. Dalam film “The Young in Heart” Paulette Goddard dengan pertolongannya David Selznick kemudian dapat menarik perhatian seluruh Hollywood, karena permainannya.
Orang jangan mengira, bahwa main dalam film selalu harus pakai “make-up” yang luar biasa, kalau akan mendapat sukses. Hollywood juga mengenal seorang bintang film perempuan yang meskipun sangat harum namanya, masih juga tetap bersahaja. Bintang film itu ialah Sylvia Sidney. Ia selalu berpendirian: “Eenvoud is het kenmerk van het ware”.
Lain daripada yang tersebut di atas, Hollywood juga mengenal seorang pemain film perempuan yang tinggi kemanusiaannya, yaitu Joan Crawford. Bintang ini terkenal sebagai orang yang dermawan. Gajinya setahun 500.000 sebagian besar dari jumlah itu dipergunakan untuk keperluan sosial dan politik. Yang diutamakan olehnya yang pertama-tama yaitu mengangkat orang yang jatuh dalam jurang kesengsaraan dan kehinaan. Ia terima ribuan surat dari seluruh dunia. Banyak datang padanya orang yang terkenal dalam kalangan internasional.
Dengan tiga contoh yang tersebut itu kita dapat tahu, bahwa yang membikin perempuan menjadi bintang film yang terkemuka, bukan perhiasan dan make-up yang sehebat-hebatnya, atau pandainya menarik hati pemain laki-laki, tetapi kecakapannya untuk bermain dan kemudian ketinggian kesusilaan dan kemanusiaannya sangat menambah sinar kebebasan yang ada padanya.
Kalau perempuan yang masuk film insaf akan hal itu, tentu mereka tidak lupa akan pemerliharaan batinnya disamping pemeliharaan perhiasan dan lain-lainnya lagi. Jadi keadaan dalam film sebenarnya sama saja dengan keadaan hidup biasa ini. Pendirian kesusilaan dan kemanusiaan yang tinggi akan berpengaruh besar pada derajatnya sebagai manusia. Ia akan membikin orang berharga tinggi, “juga sebagai bintang film”.
Mengingat hal itu semuanya, maka salah sekali orang yang memandang film itu sebagai hal yang hina. Film tidak apa-apa, tetapi orangnya, pemain-pemainnya bisa merendahkan atau meninggikan derajat film.
Maka jadikanlah film sebagai suatu jalan untuk keperluan kemajuan masyarakat, untuk ketinggian kemanusiaan. Jadikanlah film suatu tempat pendidikan untuk menyadarkan manusia kepada segala kenyataan hidup, baik yang berupa kesenian, maupun wetenschap, atau politik, keagamaan dan sebagainya. Apalagi kalau kita melihat, bahwa tiap-tiap orang gemar melihat bioskop. Satu kali melihat film yang demikian, barangkali pengaruhnya akan sepuluh kali besarnya daripada mendengarkan orang berpidato dalam rapat umum, dimana soal yang sama dikupasnya. Kewajiban seorang film sensor oleh karenanya pertama-tama harus ditujukan kepada yang demikian itu. “Maka seharusnyalah seorang film sensor itu seorang ahli pendidik dan pemimpin masyarakat yang sebenar-benarnya”.
Tentang keadaan kaum perempuan dalam film hendaklah diingat, bahwa tidak semestinya bermainnya dalam film itu pertama-tama untuk mengobar-kobarkan nafsu birahi, hingga dapat membikin orang tenggelam dalam lautan asmara, tetapi nomor satu untuk meninggikan derajat film dan pengaruhnya kepada masyarakat. Perempuan mempunyai sifat penarik dan karena itu dapat pula ia berpengaruh besar dalam perbaikan derajat film itu dalam masyarakat kita. Lebih daripada itu, dalam tangan perempuanlah letaknya perbaikan film!