Sumber: Bintang Timur, Minggu, 28 Juni 1964, hlm. III.
Berbagai macam daya olah seniman itu. Didalam kesibukan penghiasan ibukota dengan poster-poster yang perkasa, para seniman-seniman amat giat sekali. Revolusi berjalan terus dan si seniman turut forward, pantang mundur.
Siapa-siapakah seniman-seniman ini, begini mungkin saudara-saudara berpikir. Bagaimanakah mereka mengatur hidupnya dalam gegap gempitanya kota Jakarta dengan kegairahannya di segala bidang?
Banyak dari saudara-saudara tentunya yang telah mendengar atau membaca tentang kehidupan kesenimanan. Saudara tentu telah pernah mendengar tentang Vincent van Gogh, yang hidupnya begitu melarat. Tipe Vincent ini sering dibuat suatu ukuran tentang kehidupan kesenimanan dengan segala romantik dan pahit getir hidup yang disusun dengannya di jalin dengan cerita-cerita yang bohemian yang sering punya daya penarik untuk dieksploitasi bagi konsumen-konsumen rohaniah murahan.
Kalau kita mengingat kepada seniman Indonesia tidak usah pikiran kita melayang-layang kepada tokoh-tokoh seperti Vincent, ataupun Toulouse Lautrec, seniman-seniman dari dunia kapitalisme modern dan masyarakat liberal dengan humanis universalnya atau “l’art pour l’art”, manuver yang serba aneh, yang sudah kita anggap sebagai peninggalan dari masa petualangan seni tempo dulu.
Banyak jalan-jalan dan banyak cara-cara hidup seniman dalam mengabdikan diri kepada revolusi.
Pelukis, pemahat Amrus Natalsya yang tadinya bermukim di Jogjakarta, kota gudeg yang terkenal itu, kini tidak hanya ingin terpekur di hadapan nasi gudeg di Malioboro, tapi ia telah berangkat ke daerah rimba raya Lampung, bersama-sama dengan kaum transmigran yang mau membuka tanah luas di Sumatera Selatan itu untuk Lebensraum yang lebih luas. Struggle for Life tapi juga keinginan untuk melebar sayap, mengerjakan daerah-daerah luas terbentang di bumi Indonesia yang perkasa, adalah bagaikan pendorong-pendorong yang memberikan kemungkinan-kemungkinan baru dalam hidup.
Jalan yang ditempuh oleh Amrus Natalsya bukanlah jalan yang lebar luas seperti Malioboro atau Nusantara Jakarta, akan tetapi daerah rimba yang masih menghadapi banyak pekerjaan yang berat. Amrus berangkat dengan keluarganya, seorang isteri dan dua anak yang masih kecil, yang belum tahu seluk beluk hidup ini. Di dalam film Amerika (yang sekarang sedang diboikot) Saudara tentu pernah melihat orang-orang Amerika masa dulu berangkat ke daerah Barat, to “the Golden West”, tapi saudara Amrus lain halnya. Dia berangkat ke rimba Selatan Andalas bukan semata-mata karena suatu “Drang nach dem Urwald”, keinginan pergi ke hutan akan tetapi untuk mengintegrasikan diri dengan rakyat yang berbondong-bondong berangkat ke daerah baru, ke daerah harapan yang luas. Kebanyakan yang berangkat ke sana adalah kaum tidak punya “the have not”, kelompok manusia yang serba hidup dalam kesulitan di pulau Jawa, dan yang mencari rezeki hidup di tempat yang jauh dari kampung halaman.
Apakah yang dilakukan Amrus di hutan belantara? Banyak sekali.
Dengan senapan di bahu ia memburu binatang-binatang buas di hutan, menebang pohon, menggergajinya untuk tujuan pembikinan patung raksasa dari kayu besar di hutan, suatu keahlian yang dimilikinya sejak dulu. Dapat diceritakan, bahwa kurang lebih sewindu yang lalu Amrus telah pernah mengadakan suatu pameran dari patung-patung hasil karyanya di Jakarta, dan apa yang dipamerkan di sana adalah hasil yang menunjukkan daya kreasi dan vitalitas kerja yang mengagumkan. Keistimewaan karya-karya Amrus ialah, bahwa ia bisa menjalin suatu kesatuan yang harmonis antara seni primitif daerah dengan kegairahan daya cipta revolusi, dengan gaya yang khas dan menarik. Amrus adalah juga seorang pelukis, yang dalam menuang ilham dan cita-citanya dalam bentuk visual, mempunyai persamaan dengan gaya-gayanya pelukis kenamaan Diego Rivera dan Orozco dari Meksiko.
Paling cocok sebenarnya bila kepada Amrus diserahkan suatu pekerjaan “mural painting” (lukisan dinding) yang besar, yang serba “complicated” yang bagaikan merupakan suatu “conglomeraat”, suatu jalinan artistik dari berbagai peristiwa secara dekoratif, peristiwa-peristiwa sejarah, peristiwa-peristiwa yang revolusioner, tema-tema yang kaya yang kita miliki dalam perbendarahaan revolusi Indonesia.
Kita mengharap, semoga Amrus dan keluarga mencapai sukses dan semoga kita segera dapat melihat karya-karyanya.