Sumber: Siasat, No. 163, Tahun IV, Minggu, 23 April 1950, hlm. 7-8.
Di tahun 1943 tentara Serikat dibawah pimpinan Jendral Eisenhower mendarat di pulau Sisilia buat membuka medan perang ke dua di Eropa. Tentara Jerman menghadapi serangan dari dua pihak, tentara Serikat menggempur dari muka, tentara gerilya bangsa Italia menyerang dari belakang dan dari rusuk. Menghadapi serangan begini, maka tentara Jerman dan serdadu-serdadu Mussolini harus mundur. Mereka mundur dari Napoli, mereka tinggalkan Roma, mereka lari ke utara, mereka bertahan di seberang sungai Po, akhirnya diuber-uber sampai di belakang pegunungan Alpen. Tentara Serikat maju terus laksana gelombang yang memukul dan menggenangi jazirah Italia.
Roberto Rossellini, seorang pencipta film yang terkemuka di Italia telah menurutkan perjalanan tentara itu dan mempergunakannya buat menceritakan keadaan bangsa dan negeri Italia, peristiwa-peristiwa kecil dan besar yang telah berlaku, pengalaman antara manusia, dalam suka serta dukanya. Hasilnya ialah sebuah film bernama Paisà, film Italia yang dianggap paling baik dari tahun 1946.
Sifat Dokumenter
Paisà merupakan suatu rangkaian cerita-cerita pendek. Tiap cerita merupakan kesatuan yang genap. Dilihat dalam hubungan keseluruhannya, maka Paisà memberikan secara fragmentaris, atau terkeping-keping gambaran dari Italia, diwaktu pendaratan tentara Serikat itu.
Tapi pula, dalam keanekawarnaan cerita-cerita yang dikemukakan oleh Rossellini senantiasa terentang benang yang lurus dan jelas, yaitu gerakan tentara Serikat muli dari selatan sampai ke utara, dipinggir sungai Po.
Dapat pula dikatakan, bahwa peran utama dalam Paisà ialah tentara Serikat, yang memancarkan banyak wujud serta rupanya itu, yang tak mudah disifatkan dalam serangkuman kata-kata saja, karena banyak segi-seginya.
Dengan menggunakan pendaratan tentara Serikat itu sebagai bahan pokok dari filmnya, yang pada hakikatnya adalah suatu peristiwa sejarah yang dapat diperiksa dan dipastikan benar-benar sudah berlaku, maka Rossellini memperlihatkan sekaligus sifat khas cara bekerjanya, yang terlihat juga pada lain-lain filmnya yakni sifat dokumenter.
Rossellini mencatat dengan kameranya apa yang terlihat dan sudah terjadi, dan sambil membentangkan lukisan dahsyat besar dari gerakan tentara Serikat itu dia telah membuktikan pula, bahwa dia adalah seorang tukang kisah yang tiada taranya.
Reaksi Atas “Mythos Roma”
Adapun kisah-kisah itu diceritakan oleh Rossellini senantiasa dengan perasaan jujur, tiada bubuhi bunga-bunga buat pemaniskan, tiada pula diburuk-burukkan buat mencapai sesuatu efek atau tujuan tertentu. Senantiasa dia berpegang pada keadaan yang nyata dan sikap ini dapat dipahami bila dilihat dalam hubungan sejarah bangsa Italia, sejak tahun 1922 tatkala Mussolini mulai naik berkuasa di Roma.
Mussolini sebagai kita ketahui bersama telah mengajarkan kepada bangsanya apa yang dinamakan orang “Mythos Roma”. Kepercayaan bahwa bangsa Italia mempunyai suruhan sejarah untuk memegang peranan penting di sekitar lautan tengah, bahkan di Eropa seperti didahulu kala nenek moyangnya bangsa Roma.
Bangsa Italia disuruh yakin bahwa mereka adalah suatu bangsa yang besar, bangsa dipertuan, dan ajaran ini dihantamkan terus menerus kedalam otak bangsa Italia berpuluh-puluh tahun lamanya.
Dalam propaganda yang teratur itu sudah barang tentu tak dapat dicegah, apabila barang-barang menjadi dilihat dan diukur dalam perbandingan yang tidak sewajarnya, perasaan terhadap hakikat menjadi tipis ataupun lenyap, mimpi palsu lebih berkuasa daripada kenyataan sesungguhnya, dan semuanya itu adalah akibat politik main raja-rajaan dari Mussolini.
Dan ketika segala ini tidak mendatangkan bahagia dan kebesaran bagi bangsa Italia, malahan mereka terlontar kedalam puak bangsa-bangsa yang kalah perang seperti halnya bangsa Jerman dan Jepang, maka timbul lah suatu reaksi umum. Lenyapkan segala kepalsuan! Bohonglah segala kegembiraan hidup seperti yang disorak-sorakkan oleh kaum fasis itu! Arahkanlah wajah kepada dunia yang sebenarnya.
Neo-Realisme
Semua sineas Italia dengan dipelopori oleh Rossellini insaf akan kekosongan dan kehampaan ajaran kaum fasis dan Mussolini lalu membangunkan diatas reruntuhan dan puing Roma yang kalah perang suatu sikap hidup baru, dalam mana salah satu unsur yang terutama ialah berdiri dengan kedua belah kaki di atas bumi, dengan mata senantiasa tertuju ke kaki langit, penuh berisi sinar harap, sekalipun dikepung dan ditekuklututkan oleh kemelaratan, kesedihan, beban derita.
Berpeganglah pada kenyataan, tapi janganlah pernah berputus asa, inilah yang membimbing Rossellini beserta kawan-kawannya dalam pekerjaannya. Dan patokan inilah pula yang kelihatan dalam film-film Italia sehabis perang dunia dua.
Dan ditambah dengan kesanggupan Rossellini buat menciptakan filmnya sebagai film kesenian (art film), sebab film-filmnya tidak pernah turun derajat sehingga bersifat semacam “pamflet yang menganjurkan dan hendak memerdekakan”, seperti yang kadang-kadang terlihat di lain negeri, bahkan diciptakan dengan penuh pengertian, dengan inteligensia, maka dengan cepat juga film-filmnya mendapat perhatian besar diluar Italia.
Orang memberikan sambutan hangat kepada film-film Italia, baik di Eropa, maupun di Amerika. Maka ada yang mengatakan: Roberto Rossellini telah membuat sekolah baru dalam dunia film Italia. Ada pula yang mengatakan: Rossellini muncul dengan neo-realisme.
Kisah Gadis Sisilia
Dalam film Paisà Rossellini memulai ceritanya di Sisilia. Sebuah patroli Amerika sampai di sebuah kampung. Mereka harus melanjutkan perjalanan, tapi jalan-jalan di sekitar kampung itu sudah penuh ditaburi ranjau darat oleh tentara Jerman. Ada sebuah jalan lain melewati sungai lahar dan menembus sebuah gua, yang hanya diketahui oleh seorang gadis rakyat Sisilia tulen.
Gadis itu dibawa menjadi penunjuk jalan, sesampainya di gua pemimpin patroli meninggalkan seorang serdadunya bersama gadis Sisilia tersebut. Jalan seterusnya sudah diketahuinya. Tinggallah kini serdadu Amerika dengan gadis Sisilia itu, yang tidak paham bahasa masing-masing. Ketika serdadu Amerika hendak menyalakan rokoknya, apinya kelihatan dari seberang gua oleh sepasukan Jerman. Dia tertembak mati.
Tempat itu kemudian didatangi oleh serdadu-serdadu Jerman. Gadis Sisilia itu lalu mengambil senapan prajurit Amerika dan membunuh serdadu-serdadu Jerman yang tiada awas. Tapi dia sendiri terlanggar pelor Jerman, dan episode di Sisilia dari film Paisà ini disudahi dengan suatu pemandangan yang sedih, mayat gadis Sisilia terhampar di pinggir pantai, diatas batu-batu, senapan di sisinya, sambil ombak memukul-mukul.
Kisah Sepatu Negro
Episode kedua terjadi di Napoli. Seorang serdadu negro, anggota M.P. selagi dia mabuk dibawa dengan tiada sadar oleh seorang anak-anak berumur 10 tahun ke suatu tempat di luar kota. Di waktu itu si anak-anak menyolong sepatunya. Beberapa hari kemudian serdadu negro itu dapat menangkap anak tersebut, selagi dia memanjat truk tentara. Mencuri barang-barang keperluan tentara. Anak itu dipaksanya, supaya membawanya ke rumahnya.
“Saya mau sepatu saya kembali,” kata serdadu negro tersebut. Tatkala dia sampai di rumah anak itu, dan melihat keadaan yang serba melarat itu, dia tak sampai hati dan merasa belas kasihan. Rakyat yang diam di sana dilihatnya malahan tidak punya rumah dalam arti kata sesungguhnya, hanyalah gubuk-gubuk dan gua-gua belaka.
Dan ketika anak-anak itu mengembalikan sepatunya yang telah dicolong, serdadu negro lalu memalingkan saja mukanya, lekas-lekas naik jeep nya dan dipacunya kembali ke kota, jauh dari segala keadaan melarat… dan jauh dari sepatunya…
Kisah Kupu-kupu Roma
Episode ketiga terjadi di Roma. Seorang gadis Italia yang telah sengsara, sehingga terpaksa menjalankan penghidupan kupu-kupu malam, dapat menyeret seorang prajurit Amerika ke rumah cabo. Prajurit itu yang sedang mabuk dicobanya menggoda, tapi tak berhasil. Malahan dia mengigau terus, dan diceritakannyalah riwayat pertemuannya dengan seorang gadis Italia, tatkala dia mula-mula masuk Roma dengan tanknya. Dia merasa tertarik pada gadis itu, tapi karena kewajiban dia terpaksa harus maju terus ke utara. Kemudian dia kembali ke Roma, hendak mencari gadis itu, tapi dia tak berhasil menemukan alamatnya.
Sedang dia bercerita itu sang gadis menjadi sadar, bahwa gadis yang dimaksudkan dalam cerita prajurit Amerika itu adalah dia sendiri. Sudah barang tentu dia tak dapat dicari oleh karena dia sementara itu telah berubah penghidupan, menjadi perempuan jalang, lantaran paksaan hidup. Lalu dikatakannya supaya besok hari sang prajurit pergi ke suatu alamat tempat mereka dulu bertemu pertama kalinya. Keesokan harinya ketika hujan mencucur dari langit, sang gadis menunggu dengan sia-sia di alamat yang diberikannya itu.
Sang prajurit rupanya tidak mendengar benar apa yang dikatakan padanya. Dan episode ini pun berakhir pula dengan prajurit menaiki truk yang menjemputnya, kembali ke tempat kewajibannya, sedih tiada berhasil menemukan gadis yang diimpi-impikan dan dicari-carinya senantiasa…
Kisah Juru Rawat
Dalam episode yang berikutnya Rossellini menceritakan tentang seorang juru rawat tentara Serikat, asal Italia yang mencari kekasihnya, seorang pemimpin tentara gerilya yang terkenal.
Ketika dia sampai di tempat pertahanan gerilya itu didekat Venesia, setelah melewati berbagai bahaya dia mendengar dari mulut seorang serdadu gerilya, bahwa pagi itu kekasihnya telah gugur…
Kisah Pendeta Katolik
Dari sini kita dibawa mengintip ke dalam kehidupan sebuah rumah biara (klooster) Katolik, yang dapat kunjungan dari tiga pendeta tentara, satu diantaranya Protestan, yang lain seorang Yahudi dan yang ketiga seorang Katolik. Disini Rossellini memperlihatkan bagaimana timbul persoalan besar ditengah anggota-anggota biara itu justru karena ada ditengah mereka seorang pemuka Protestan dan dari agama Yahudi. Pendeta tentara yang beragama Katolik malahan diminta untuk mengembalikan kedua rekannya ke jalan yang benar, menurut agama Katolik.
Selain dari kesulitan ini diperlihatkan pula kesulitan lain yakni ketika ternyata di biara itu tidak cukup makanan. Tapi karena tetamu mesti didahulukan, dan kepada tetamu mesti ditunjukkan sikap lapang dan murah hati, maka dikemukakan oleh pemimpin biara kepada ketiga pendeta tentara itu, bahwa mereka sedang berpuasa. Maka episode ini pun berakhir dengan ketiga pendeta itu dipersilahkan makan, sedangkan seluruh anggota-anggota biara lain duduk di sekeliling mereka, tidak turut makan, tafakur berdiam diri, berpuasa…
Kisah Gerilya Amerika
Episode yang penghabisan terjadi di sungai Po. Yang mengisahkan perlawanan sekumpulan kaum partisan (gerilya), yang dipimpin oleh seorang serdadu Amerika, yang tadinya dijatuhkan dari udara didaerah itu. Pihak pimpinan tentara Serikat telah memerintahkan, bahwa daerah itu mesti ditinggalkan, sebab tidak dianggap penting lagi dalam strategi peperangan. Tapi serdadu Amerika yang memimpin kaum partisan Italia itu menolak dan melanjutkan pejuangan, dan akhirnya dia menemukan mautnya, ditembak oleh tentara Jerman…
Bilamana kita perhatikan ikhtisar cerita-cerita pendek, yang mengisi film Paisà ini, maka mungkin kita berpendapat, bahwa cerita-cerita itu hanyalah biasa, boleh diremeh-temehkan saja sifatnya. Apalagi dihadapkan kepada tirai belakang yang megah yakni gerakan suatu tentara yang besar untuk mengejar dan menundukkan musuh, dimana terlibat soal-soal yang lebih penting dan dahsyat, maka cerita-cerita dalam Paisà ini seakan-akan lenyap tertelan dalam perbandingan.
Akan tetapi disitulah letaknya keistimewaan Rossellini, yang memandang kisah-kisah itu malahan sebagai bahan-bahan yang pokok buat tambah menegaskan artinya tragedi anak manusia dari segala zaman yakni peperangan.