Sumber: Star Weekly, No. 806, Tahun 16, 10 Juni 1961, hlm. 37.
Dari tanggal 2 sampai tanggal 11 Juni Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional menjadikan pada penduduk ibukota sebuah pameran lukisan cat air, hasil karya Rusli, di Balai Budaya, yang sungguh patut mendapat kunjungan dan perhatian besar.
Rusli, yang Namanya telah terkenal dalam dunia seni lukis telah mendapat pendidikannya di Kala Bhavana Shantiniketan Univesitas Rabindranath Tagore di India. Tepat pada tahun perayaan 100 tahun memperingati Rabindranath Tagore Rusli mengadakan “come back”nya di ibukota, dengan memamerkan 50 buah lukisan cat airnya.
Cat air merupakan medium yang paling disukai oleh Rusli, lebih dari cat minyak, karena dengan cat air ia dapat mewujudkan idenya dengan spontan. Cat air memaksa si pelukis akan bekerja sekali dengan tepat, hingga hasilnya nampak spontan, segar, dan tegas. Pada pameran ini terbukti pula bahwa Rusli benar memahami teknik cat air dengan sifat-sifatnya itu.
Transparan dan menarik adalah beberapa pemandangannya dengan suasana puitis, seperti no. 50, Sungai Musi, dan 29, Boom Marie Palembang, dan no. 18, Kapal dan Perahu di Musi dengan garis-garis halus pula melukiskan perahu-perahu dan sebagainya.
Pameran ini meliputi buah tangan Rusli dalam tahun-tahun 1957-1959 dan beberapa dari tahun 1956. Hampir semua lukisan tahun 1957 mempunyai gaya transparan dan menawan hati, yang telah kami bicarakan di atas ini. Tetapi diantara hasil tahun 1957 itu kami menjumpai pula lukisan-lukisan yang telah meninggalkan kehalusan itu dan menangkap objek-objeknya dengan hanya beberapa garis tebal dan kuat, seperti pada lukisan-lukisan umpamanya no. 3 Djembatan Kereta Api, no. 40 Djam Kota.
Disini nampak dengan jelas kesederhanaan, dan sifat menyingkatkan yang ada pada Rusli. Kesederhanaannya baik dalam pemilihan objeknya maupun dalam pelaksanaannya. Lukisan-lukisan yang kami sebutkan terakhir, seakan-akan merupakan peralihan akan lukisan-lukisan tahun 1958, no. 21 Dusun, no. 22 Pot dan Bunga, no. 34 Dahan dan Bunga, yang menurut kami merupakan puncak pameran ini. Dengan beberapa goresan kuas yang kuat ditambahkan beberapa warna sederhana Rusli mencapai disini hasil-hasil, pengolahan batin yang mendalam, dan sungguh yang nampak bagaikan simbol, melukiskan esensi objek-objeknya. Disini pula terbukti kepribadiannya yang kuat dalam gayanya yang orisinal dan tersendiri.
Ada yang mengatakan, bahwa Rusli berhutang pada seni lukis Tionghoa tradisional dengan “brush stroke” tekniknya. Tetapi, meskipun permulaan mungkin demikian, perkembangannya selanjutnya menunjukkan perbedaan, karena pelukis-pelukis Tionghoa dengan goresan kuasnya yang sederhana, tajam dan tepat memberikan esensi bentuk lahiriah, sedangkan Rusli dalam lukisan-lukisan tersebut lebih memperdalami objeknya dan tak hanya memberikan kesan lahir.
Lukisan-lukisan wanita-wanitanya, no. 43 Tiga Wanita di Pasar, no. 45 Mengaso, dan no. 46 Tiga Wanita, dan no. 48 Perempuan Mengangkat Bakul, merupakan juga contoh-contoh kemahirannya.
Jika orang bertanya akan maksud lukisan-lukisan Rusli seperti Dahan dan Bunga nya, maka kami hendak mengutip jawaban pelukis Picasso yang diucapkan olehnya dalam sebuah percakapan dengan Christian Zervos:
“Tiap orang hendak “mengerti” sebuah lukisan. Mengapa mereka tak mencoba memahami kicauan burung-burung? Mengapa orang menikmati malam indah, setangkai bunga dan benda-benda lain disekelilingnya tanpa mencoba mengertinya? Sedangkan berhadapan dengan sebuah lukisan, orang selalu hendak memahaminya. Hendaklah orang-orang mengetahui, bahwa seorang seniman bekerja karena ia tak dapat berbuat lain, karena keharusan yang mendorongnya…”
Tentang ciptaan-ciptaan Picasso mengatakan: “Bagaimana seorang dapat menyelami lukisanku seperti aku telah mengalaminya? Sebuah lukisan datang padaku dari jauh, siapa mengetahui betapa jauhnya, aku menyelaminya, melihat dan membuatnya, tetapi hari selanjutnya, aku sendiri tak mengetahui apa yang telah kubuat. Bagaimana orang dapat menembus impianku, naluri, keinginan, pikiranku, yang memerlukan waktu lama untuk perkembangannya dan perwujudannya…” Demikian Picasso.
Beberapa keterangan tentang riwayat hidupnya Rusli: Ia telah dilahirkan pada tahun 1916 di Medan. Setelah pendidikannya pada universitas di India yang telah kami sebutkan, ia pernah menjadi guru Taman Siswa dan kemudian di Akademi Seni Rupa Indonesia di Jogjakarta. Ia juga telah menjabati beberapa fungsi lain di kota tersebut. Pada tahun 1954 ia melawat ke Eropa Barat, dan telah mengadakan beberapa pameran perseorangan dalam beberapa kota di sana. Dalam tahun 1956 ia telah berpameran di Jakarta, di Balai Budaya juga, dan pada tahun-tahun terakhir di beberapa kota di Sumatera.
Meskipun ada beberapa kekurangan dalam “make-up” pameran ini, kami hendak mengemukakan pameran yang bermutu tinggi ini, yang berlangsung sampai tanggal 11 Juni di Balai Budaya, sebagai peristiwa penting bagi penggemar seni lukis.