Sumber: Seruling Iriani, 1979.
Pada penduduk Irian Jaya, sejak purba terdapat sebuah ucapan yang berbunyi, “Kalau kami tidak menyanyi, kami akan mati.” Pernyataan ini beralasan, kalau ditelusuri dan dihayati fungsi dan kedudukan nyanyian itu dalam kebudayaan masyarakat Irian. Nyanyian bagi orang Irian, bukan sekedar suatu keramaian, melainkan suatu upacara ritual yang berfungsi sebagai tameng kehidupan yang mengiringi dan melindungi manusia selama siklus kehidupannya. Ia adalah suatu tuntutan hidup yang wajib dipenuhi, demi kelestarian dan keseimbangan hidup manusia. Dimana ada nyanyian, disitu ada makanan dan harta, ada saudara, sahabat dan kekasih, tidak ketinggalan prestise. Pendek kata, dimana ada nyanyian, disitu ada hidup.
Dan pembawaan “suka bernyanyi” tersebut, masih terbawa hingga kini, walaupun fungsinya tidak lagi berpretensi magis. Orang Irian suka bernyanyi, demikian kesimpulannya. Pernyataan ini muncul setelah melihat kekayaan lagu lagu rakyatnya yang beraneka ragam, dan dinyanyikan dalam berbagai bahasa suku yang jumlahnya ratusan itu.
Berbeda dengan lagu lagu tradisional yang karena sifat sakralnya, hanya boleh menjadi hak milik dari suatu kelompok suku atau keret saja, lagu rakyat Iriani yang sekarang boleh dinyanyikan oleh siapa saja, kapan dan dimana saja, setiap ada kesempatan untuk itu. Ia telah menjadi milik bersama, milik rakyat banyak di luar lingkungan suku, kampung, keret, dan bahasa penciptanya.
Pengarang lagu rakyat ini tidak dikenal. Mereka adalah orang orang sederhana, yang umumnya hidup di kampung kampung dan pelosok nan terpencil, jauh dari kota kota ramai. Mereka adalah seniman seniman yang “buta musik”, tetapi mampu mencipta musik. Mereka tidak pernah dibekali suatu pengetahuan ataupun tentang musik, oleh karena itu karya karyanya dinilai dari teknis penyusunan lagu yang baik, masih jauh dari sempurna.
Akan tetapi justru ketidaksempurnaan ini merupakan keistimewaan yang memberi corak dan menjadi ciri dari lagu rakyat Iriani. Misalnya saja, dalam satu lagu kadang kadang ditemui lebih dari satu palu. Palu palu ini muncul secara tidak teratur dalam lagu, tetapi mampu menghasilkan suatu rasa indah yang menarik untuk dinikmati. Disebabkan keistimewaan ini, sangatlah sulit untuk menentukan dengan pasti, termasuk jenis irama manakah lagu rakyat Iriani itu. Oleh sebab itu untuk sementara, kita gunakan saja sebutan “gaya Iriani”, atau “irama Iriani”. Ciri lain dari lagu rakyat Iriani ialah bahwa, satu satuan ketuk umumnya tersusun lebih dari dua not. Tiga sampai empat not dapat dirangkaikan, dibunyikan atau dinyanyikan serentak dalam satu satuan ketuk.
Tema lagu rakyat Iriani ditimba dan diangkat dari kehidupan nyata dan keindahan alam maya pada. Ia menyampaikan kesan dan pesan, tentang masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang. Ia memuja keindahan tanah air, dan mengagungkan maha penciptanya. Ia menyampaikan dambaan tentang cinta kasih, jeritan tentang perdamaian dan persaudaraan manusia, juga optimisme tentang masa depan. Tema tema ini mampu meluapkan rasa patriotisme, membangkitkan harapan cinta kasih, hikmah, protes, mampu menggugah rasa haru dan sedih, yang dapat membuat orang tersedu, optimis, pasrah, tertawa, marah, benci tetapi juga rindu.
Himpunan lagu lagu yang terdapat dalam buku ini, “Seruling Iriani”, merupakan permulaan dari suatu usaha yang bertujuan mengabadikan lagu lagu rakyat Iriani. Lagu lagu ini hanya diberi notasi, dan disajikan sebagaimana adanya, tanpa perubahan apapun. Hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan cirinya yang khas Irianis. Usaha ini sudah dimulai, dan akan terus digiatkan selagi masih ada perpaduan antara nada dan syair. Selain tujuan pengabdian ini, buku ini dimaksudkan pula untuk memperkenalkan lagu lagu rakyat Iriani kepada masyarakat luas, yang berkeinginan mempelajari seni budaya masyarakat Irian Jaya, khusus lagu lagu rakyatnya.
Sebagai penyusun saya merasa gembira, karena usaha pertama ini boleh bermula dengan baik. Namun saya menyadari, bahwa tanpa bantuan dari pihak lain, usaha ini tak mungkin berhasil. Oleh sebab itu pada kesempatan ini ingin saya sampaikan penghargaan sebesar besarnya kepada rekan-rekan saya yang banyak membantu dalam usaha ini. Kepada tuan Robert Critchfield, manajer Printshop Universitas Cenderawasih dan Summer Institute of Linguistic beserta staf yang telah membantu mencetak cover buku ini dan menjilidnya, saya sampaikan ucapan terima kasih paling mendalam dari lubuk hati saya.
Akhir kata saya berharap, buku ini dapat bermanfaat bagi usaha pembinaan, pengembangan dan pengawetan lagu lagu rakyat Iriani. Semoga!
Jayapura
April 1979