Sumber: Zaman Baru, No. 20, 31 Oktober 1961, hlm. 6.
Pablo Picasso pelukis berbangsa Spanyol, yang memilih tempat tinggal dan kerja di Prancis, hari 25 Oktober 1961 ini menginjak usia 80 tahun.
Kami seniman-seniman dari Indonesia sudah selayaknya menyampaikan ucapan selamat dan bahagia atas hari ulang tahunnya yang ke-80, dan kami mengharapkan sukses-sukses yang lebih besar lagi sekalipun usianya sudah lanjut.
Pablo Picasso yang dilahirkan pada 25 Oktober 1881 di kota Malaga, Spanyol bagian selatan, telah memperlihatkan bakat seninya dari sejak kecil. Ia dididik oleh ayahnya, José Ruiz y Blasco, yang juga seorang pelukis dan mengajar di Akademi Seni Rupa Barcelona. Di bawah asuhan ayahnya Picasso dapat menamatkan pelajaran seninya dengan baik.
Pada ketika itu banyak seniman-seniman Spanyol untuk menambah pengetahuan pergi mengembara ke Prancis dan Jerman yang saat itu menjadi sumber dan pusat kebudayaan Eropa. Begitupun Picasso setelah ia beberapa tahun hidup sebagai seniman di kota Barcelona dan Madrid, tertarik juga untuk pergi ke Paris. Ia datang ke Paris tidak sebagai seniman yang sudah kenamaan atau orang yang beruang. Di kota yang kosmopolitan ini terpaksa harus memulai hidupnya dengan tingkatan yang terendah, hidup sebagai gelandangan kota. Dalam masyarakat borjuis yang hanya mengeksploitasi segala sesuatu untuk tujuan comfort dan kenikmatan, sukar sekali untuk bisa mendapatkan hak hidup dan tempat kerja yang layak tanpa menjual diri kepada selera dan keinginan-keinginan kelas borjuis. Secara ulet dan tabah segala derita dan perjuangan hidup dialami oleh Picasso sampai pada sesuatu ketika ia mendapat pengakuan atas hak hidup seninya.
Pada permulaan karirnya tidak sedikit cemoohan dan caci-maki terhadap karyanya harus dialami, karena ia tidak mau menyerah dan menjual diri kepada selera borjuis yang menguasai kehidupan masyarakat. Tema lukisannya ialah kisah derita rakyat dengan siapa ia bersama-sama hidup, misalnya wanita pencuci pakaian, pengemis, rombongan tontonan rakyat (pemain ngamen seperti pemain akrobat, pemain gitar, pelawak, dan sebagainya). Dalam periode ini ia dicemoohkan sebagai seorang seniman yang sentimentil dan tidak kreatif. Apa lagi lukisan-lukisannya mempunyai warna tunggal, kebiru-biruan. Memang pada waktu itu ia tidak bisa berbuat lain daripada melukis hanya dengan satu warna karena ia berada dalam keadaan amat melarat dan tidak mampu membeli warna banyak. Lagi pula ia melukis hanya pada malam hari dengan cahaya lampu yang amat kerdil. Jadi yang paling aman ialah melukis dengan satu warna.
Sekarang sesudahnya ia diakui dan terkenal, lukisan-lukisan dari periode ini dinamakan Periode Biru dari Picasso, dan menjadi rebutan di antara museum-museum seni rupa.
Ayah Picasso adalah pelukis dari angkatan tua, yang menyadari betul, bahwa dasar untuk melukis ialah menguasai teknik menggambar. Dasar yang didapat dari ayahnya inilah yang dikembangkan. Garis dan bentuk yang diabstrakkan untuk mewujudkan kekreatifannya betul-betul lahir dari penguasaan teknik menggambar. Keabstrakan dari Picasso adalah wajar, sebagaimana halnya setiap seni harus mengandung abstraksi, tanpa tergelincir ke dalam bentuk-bentuk yang formalistis. Paham yang dipegang teguh oleh Picasso adalah menurut ilmu estetika, yang menunjukkan kepada kita, bahwa ada keindahan dalam seni dan ada keindahan dalam realitet (kenyataan objektif). Dan antara kedua keindahan ini ada hubungannya.
Pengetahuan tentang seni Picasso di Indonesia belum cukup dan tidak banyak tersebar, karena buku-buku tentang seni yang beredar di tanah air kita hanya memaparkan “keanehan-keanehan” dari Picasso saja. Ia dihidangkan sebagai suatu “hiburan untuk mengisi keisengan-keisengan”. Disamping kesenimanannya yang ulung, ia adalah seorang yang progresif dalam cita-cita kemasyarakatan.
Cita-citanya adalah perdamaian dan kebahagiaan untuk semua rakyat di dunia, lenyapnya segala bentuk penghisapan atas manusia oleh manusia. Ia adalah seorang yang anti kolonialisme dan imperialisme. Ia adalah penganjur yang setia dari pergerakan perdamaian dunia. Ia revolusioner.
Burung merpati yang dijadikan lambang gerakan perdamaian adalah ciptaan Picasso. Dilihat dari segi lukisan sumbangannya ini adalah sesuatu yang biasa dan terlalu sederhana dan biasa inilah yang meletakkan kekuatan dan arti dari lambang tersebut. Tiap manusia dari bangsa manapun dan berwarna kulit apa pun, mengenal burung merpati dan mempunyai rasa haru yang sama terhadap bangsa tersebut. Persamaan kita satu sama lain dan menjadikan suatu persatuan yang kekal dan dahsyat untuk memusnahkan segala lawan dalam membangun dunia baru.
Picasso menaruh perhatian besar dan bersikap antusias terhadap kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh sistem sosialisme, yang membuka kemungkinan baru untuk kehidupan umat manusia. Hal ini dapat kita lihat dari sketsa gambar Yuri Gagarin yang ia buat sebagai ucapan rasa gembira segera setelah kosmonot pertama menyelesaikan tugasnya dengan sukses.
Sehingga sekarang orang-orang di Amerika Serikat dan Eropa Barat, terutama esais-esais seni dan kritikus seni, sibuk membicarakan Picasso. Tapi tulisan-tulisan itu tidak menjelaskan seni Picasso, melainkan mengeksploitasi Picasso untuk keperluan-keperluan sensasi. Dengan cara begini tulisan-tulisan mereka banyak diperhatikan orang dan laku. Sering Picasso digambarkan sebagai orang dan laku. Sering Picasso digambarkan sebagai seorang seniman yang mempunyai pendirian “bajing loncat”. Picasso yang bisa melukis secara Toulouse Lautrec dengan rasa humanismenya, dan yang juga bisa bekerja dengan amat teliti seperti pelukis Inggris. Kadang-kadang masih juga menggunakan cara-cara dari Michaelangelo untuk mengejar kepadatan dan tiba-tiba ia tampil dengan karya yang sentimentil seperti Greuze.
Dan yang paling “aneh” di atas segala ini, seni abstrak Picasso adalah cara (gaya) yang paling komplit. Dan sebagai kesimpulan untuk mengejar uang komisi dari kolektor atau museum, tulisan-tulisan itu dikunci dengan kata-kata: “Simpanlah lukisan-lukisan Picasso, karena ia adalah orang yang paling ajaib di dunia.”
Dalam suasana masyarakat yang beginilah Picasso terus bekerja dengan tenang dan hati yang jujur terhadap pengabdiannya. Pernah Picasso mengadakan pernyataan tentang dirinya sendiri, menjelaskan seninya. Hal semacam ini tidak dilakukan oleh majalah-majalah borjuis di Prancis, sehingga Picasso terpaksa harus mengadakan kontribusinya dalam majalah Russian Review. Dan baru kemudian tulisan Picasso ini diterjemahkann ke dalam bahasa Prancis oleh majalah Formes. Diantaranya Picasso menerangkan: “Dalam hal keindahan tidak ada soal seni yang akan datang. Seni yang indah berlaku sepanjang masa. Seni yang tidak dapat menjelaskan dirinya sekarang, ia tak akan bisa mendapatkan nilai dirinya, sekalipun dalam seribu tahun kemudian. Saya tidak pernah mengubah paham saya terhadap seni. Perkembangan bukan perubahan paham kubisme bukan berarti lain dari paham seni saya yang sudah-sudah. Dalam kubisme terdapat unsur-unsur dan prinsip-prinsip seni yang sama. Ia bukan suatu benih atau tunas untuk seni yang baru. Ia adalah hanya perkembangan dalam gaya ekspresi. Seni saya tetap mengandung isi dan objektivitet.”