Sumber: Panorama, No. 87, Tahun II, 11 Agustus 1928, hlm 1349-1352.
Pada hari Sabtu yang lalu, jam 5 sore di Gloria Bioscope, tuan-tuan Liem Goan Lian c.s., dari The South Sea Film Producing Company telah pertunjukkan film yang pertama dari itu kongsi film, melulu buat orang-orang yang diundang.
Tatkala kita datang di sana, kita disambut oleh tuan Liem Goan Lian, seorang muda yang manis budi bahasanya, hingga membikin sesuatu orang yang berhubungan padanya mendapat rasa simpati. Pada sebelumnya itu film dipertunjukkan, tuan Liem, atas namanya, ia punya kongsi, haturkan selamat datang pada sekalian yang hadir, dan tuturkan juga dengan ringkas bagaimana itu film sudah bisa dibikin, dengan bantuannya beberapa orang yang murah hati, seperti tuan Lie Hien Liem yang sudah kasih pakai gedungnya di Kramat, Tuan Thung Soey Tjiang dengan kasih pinjam ia punya kebun karet di Buitenzorg, dan lain-lain orang lagi yang membantu perabotan dengan percuma.
Jam 5 persis itu film mulai diputar, dengan pakai teks huruf Tionghoa dan huruf latin bahasa Melayu. Melihat bagaimana komplit itu teks huruf Tionghoa telah diadakan, membikin kita dapat tahu bahwa itu kongsi ada taruh harapan besar akan majukan filmnya di Tiongkok, karena boleh jadi ada banyak orang-orang di sana yang ingin lihat bagaimana keadaannya film buatan Java.
Jalannya cerita dengan ringkas ada seperti di bawah ini:
Satu jejaka, putranya seorang miskin nama Tan Peng Liang, sesudahnya lulus dalam sekolahan rubber cultuur di luar negeri, telah balik ke Java dan kunjungi Miss Lily dan Nelly, dua gadis yang dulu telah pernah jadi ia punya teman sekolah, anak perempuan dari Lie Wie Kiam, satu tuan tanah hartawan dari onderneming karet Tjitegal. Pada Lie Wie Kiam ada bekerja satu pemuda nama Gouw Siong Pek, yang jadi administrator dari itu onderneming karet, dan ada pernah keponakan, yaitu anak dari Lie Wie Kiam punya saudara perempuan, yang sedari masih kecil, waktu ditinggal mati oleh ayahnya, ada dikukut dan dididik olehnya, dan sudah dijanjikan akan dikasih kawin pada Lily, ia punya anak perempuan yang besaran.
Tapi Siong Pek punya kelakuan jelek dan tabiatnya kasar serta sombong. Pada kuli-kuli dalam itu onderneming ia biasa berlaku kejam dan bengis, hingga Lily tidak penuju padanya dan waktu ayahnya beritahu ia mesti menikah pada Siong Pek, itu gadis telah berbantah dan menangis sedih. Waktu Peng Liang datang akan mengunjungi di itu onderneming, justru Siong Pek lagi aniaya satu kuli, dan waktu ditieg-tieg oleh Peng Liang, ia berbalik jadi gusar hingga itu dua orang muda berkelahi saling jotos.
Peng Liang ada seorang baik dan jujur, tapi ia tidak pandai berdandan perlente, hingga pakai dasi pun ia tidak bisa.
Itu onderneming Tjitegal sering diganggu penjahat. Beberapa kali pengiriman karet telah dirampok di tengah jalan. Tatkala ini kabar diketahui oleh Peng Liang, ia ingin cari keterangan dari itu perampokan, dan di satu hari, waktu ada pengiriman karet dengan vrachtauto, ia telah mengintip, dan dapat tahu di tengah-tengah jalan itu muatan karet telah dipindah ke lain vrachtauto, yang sembunyikan itu barang curian di satu rumah gubuk di tempat sunyi. Waktu Peng Liang lagi mengintip, ia dilihat oleh itu kawanan penjahat, hingga terjadi perkelahian saling jotos seperti biasa dipertunjukkan dalam film koboi Amerika. Akhirnya Peng Liang kena diringkus dan ditutup dalam itu gubuk, sedang itu kawanan penjahat lantas berlalu. Waktu hendak berangkat, seorang Tionghoa muda yang jadi kepala dari itu kawanan penjahat, telah sulut satu sigaret. Puntung geretan yang ia lempar telah jatuh di rumput kering yang lantas menyala dan mulai membakar juga pada itu gubuk, dimana ada ditutup Peng Liang yang rebah dengan tidak bisa bergerak. Kebetulan di itu waktu, Lily dan Nelly yang baru habis belajar ilmu silat, lewat di itu tempat dengan auto-nya, dan tatkala melihat itu pondokan terbakar, lantas lompat akan tolong padamkan itu api. Begitulah itu dua gadis telah bertemu dan tolong pada itu pemuda, yang sekarang sudah dapat tahu rahasianya perampokan dalam itu onderneming.
Peng Liang ambil putusan akan datang kembali di itu malam waktu kawanan penjahat hendak angkut itu karet curian buat dikirim ke tanah seberang. Itu dua gadis mau turut, tapi dicegah. Di waktu malam Peng Liang datang dengan seorang diri akan tangkap itu penjahat yang jumlahnya ada enam orang, yang lagi hendak angkut itu beberapa belas peti karet ke dalam satu vrachtauto yang sudah menunggu di depan gubuk. Segera juga ia dikeroyok oleh itu kawanan penjahat, dan waktu ia berada dalam kesukaran, datang Lily dan Nelly yang bantu labrak dengan gunakan ilmu silat hingga itu enam penjahat semua kena ditangkap dan diikat, dan lalu dikasih naik ke dalam itu vrachtauto bersama-sama itu beberapa belas peti karet curian, yang lalu dibawa ke rumahnya tuan tanah.
Waktu diperiksa oleh Lie Wie Kiam, kepala dari itu kawanan penjahat lantas mengaku, itu pencurian ia lakukan atas perintahnya Siok Pek, hingga itu tuan tanah jadi mengendus atas kejahatannya ia punya bakal mantu. Berbareng dengan itu, Wie Kiam punya babu, seorang perempuan Tionghoa nama Kim Nio yang dapat sakit keras, telah buka satu rahasia, bahwa waktu saudara perempuannya Wie Kiam dapat anak lelaki, itu babu punya saudara perempuan pun telah melahirkan satu anak lelaki, dan itu babu sudah tukar itu anak, hingga itu Siong Pek yang dirawat oleh si tuan tanah, bukan ada ia punya neef, hanya anak dari itu babu punya saudara. Sebaliknya Peng Liang, yang disangka ada anaknya si babu punya saudara, ada ia punya neef sendiri.
Mendapat ini keterangan, Wie Kiam lantas usir pada Siong Pek, dan ambil Peng Liang menjadi ia punya mantu.
Demikianlah ada ringkasnya itu cerita Lily van Java.
***
Sebagai orang pers kita datang lihat itu film bukan cuma buat guna diri sendiri, hanya juga buat kita punya pembaca yang tentu banyak yang ingin tahu tentang itu film Tionghoa pertama yang dibikin di Java, maka kita anggap ada pentingnya juga buat tuturkan di sini kita punya pendapat.
Kebagusannya satu film, paling pertama ada buatannya, yaitu terang atau gelap, bergetar atau tetap. Lantas kedua tentang kepandaiannya orang-orang yang main, yaitu mereka punya tingkah atau actie, dan juga pemandangan dan perhiasan tempat-tempat, yang dinamakan scenario. Ketiga ada jalannya cerita dan aturannya.
Tentang sifat yang pertama, kita dapatkan itu film masih belum bisa sama dengan film buatan Eropa atau Amerika. Inilah orang tidak usah heran, karena Java bukan California. Meski begitu, kita bisa pastikan ini film tidak kalah terang dan tetapnya dengan kebanyakan film buatan Tiongkok atau film keluaran Java Film Company. Maka kalau dipandang dari ini pihak, itu film tidak boleh terlalu dicela.
Tentang sifat yang kedua, yaitu orang-orang yang main, kita dapatkan ada sampai memuaskan buat satu film Tionghoa yang dibikin di Java buat pertama kali. Terlebih pula tuan Kwee Tiang An yang jadi Lie Wie Kiam; ia punya actie atau tingkah laku sebagai satu tuan tanah dan satu ayah, ada cocok sekali, karena bersifat kalem dan agung. Yang jadi ia punya isteri ada sedang saja, actie-nya tidak jelek, tapi juga tidak seberapa bagus. Nona-nona Lie Lian Hoa dan Lie Bo Tan, yang jadi Lily dan Nelly, juga ada sampai pandai, begitu pun tuan-tuan Kwee Koh Pang dan Thio Boen Hoat yang jadi Peng Liang dan Siong Pek. Kalau ia orang ada berbuat beberapa kesalahan, kita percaya bukan dari perbuatannya sendiri, hanya lantaran kelirunya orang yang mengatur.
Tentang jalannya cerita dan aturannya, kita dapatkan banyak kekakuan dan catat-catatnya, hingga bisa membikin penonton kurang merasa puas, karena tidak memenuhkan apa yang diharap kalau dibandingkan dengan itu film punya reklame. Jalannya itu cerita kita lihat ada banyak yang bertentangan dengan hal-hal yang bisa kejadian di Java. Kalau itu film cuma hendak dipertunjukkan di Tiongkok, dimana penontonnya tidak begitu tahu keadaan di sini, kita tidak bisa bilang apa-apa, tapi buat di Java sendiri, nicaya banyak penonton yang angkat pundak.
Pertama kita mau unjuk, satu pemuda yang telah belajar sampai tamat di sekolah rubber cultuur kepunyaannya pemerintah, yaitu jadi bukan sekolah kampungan, ada sangat mustahil ia tidak becus pakai dasi. Kalau dilihat ia punya adat halus dan tingkah laku yang sopan seperti satu pelajar yang baru tamat belajar di sekolah tinggi, maka ia punya tidak bisa pakai dasi ada bertentangan sangat dengan keadaan yang sebenarnya. Kalau mau dipandang dari pihak kelucuan, si pengatur tidak dapat maksudnya, karena tidak ada penonton yang nanti tertawa kalau cuma melihat itu pemuda tidak bisa pakai dasi.
Tentang itu pencurian karet pun tidak masuk diakal. Tuan tanah hartawan dari satu onderneming besar di Java, kalau beberapa kali kirimkan karetnya dirampok di waktu siang hari, tentulah tidak nanti tinggal diam dengan tidak berdaya, karena Java bukannya Tiongkok atau Meksiko. Pencurian kecil-kecil dengan menggelap, itulah ada hal yang umum di mana-mana onderneming, tapi kalau itu karet dirampok sampai beberapa kali di tengah jalan besar di waktu siang hari, inilah ada hal yang belum pernah kejadian di sini, apalagi itu puluhan peti besar tidak gampang akan disembunyikan.
Belakangan ternyata itu perampokan terjadi atas titahnya itu administrator sendiri. Justru ini hal yang sangat tidak masuk diakal, karena itu Siong Pek dilukiskan sebagai orang bengis dan kejam hingga sangat dibenci oleh semua kuli-kulinya. Sebab itu kejahatan dijalankan dengan bantuan enam tujuh orang kuli yang kebanyakan ada Bumiputera, maka itu administrator punya campur tangan pada ini kejahatan nanti membikin lebih gampang mencelakakan dirinya sendiri, karena sekalian kuli-kuli yang benci padanya nanti buka itu rahasia pada taukenya. Dan apakah nanti jadi kalau itu rahasia bocor? Bukan saja ia bakal digusarkan oleh Oom-nya yang sudah kukut padanya dari masih kecil, dan boleh jadi ia dijebloskan dalam penjara, tapi juga ia pasti bakal hilang itu jabatan sebagai administrator yang bergaji bagus dan musnah pengharapannya akan diambil mantu oleh itu tuan tanah, sedang hari nikahnya pada Lily sudah tinggal satu bulan saja. Kecuali kalau itu Siong Pek ada satu idiot, niscaya ia selama-lamanya tidak begitu bodoh akan bikin rusak pengharapannya yang begitu besar dan bagus, dengan suruh kawanan penjahat merampas puluhan peti karet di waktu siang hari, karena kalau itu perbuatan sampai ketahuan, ia punya resiko ada lebih besar dari keuntungan penjualan itu karet curian. Satu administrator kalau mau mencuri, dengan gampang ia bisa palsukan staat pembayaran kuli, bikin knoeie dari hasil atau ongkos kebun, dan lain-lain lagi. Selama-lamanya ia tidak nanti gunakan akal begitu kasar akan suruh rampok kirimkan dengan vrachtauto di tengah jalan dengan gunakan pertolongan banyak orang yang gampang bocor mulut, dan itu barang curian diangkut pakai vrachtauto yang gampang sekali dikenal dan dipegat oleh polisi karena lewatnya di jalan besar. Juga belum pernah ada satu pemuda yang cinta satu gadis elok, dan dapat pertolongan dan pekerjaan bagus dari ayahnya itu gadis yang jadi Oom-nya sendiri, nanti mau mencuri dengan cara begitu rendah satu bulan di muka dari ia punya hari nikah. Kalau ia sudah diambil mantu dan diberi kekuasaan besar dalam itu onderneming sebagai administrator, ia bisa knoeie dengan cara yang lebih halus daripada suruh orang merampok di waktu siang hari barang miliknya onderneming yang ia urus sendiri!
Ada seribu kali lebih gampang dan lebih selamat kalau ia palsukan buku gudang, dan keluarkan karet lebih banyak daripada yang dimasukkan dalam buku, karena sebagai administrator ia ada kuasa akan atur segala macam, sedang kalau ia mengaku itu kiriman “dirampok”, polisi gampang sekali cari keterangan hingga itu perbuatan jahat lekas ketahuan.
Yang paling tidak masuk akal, tatkala Peng Liang sudah terlepas dari itu pondok dengan pertolongannya itu dua gadis, ia ambil putusan hendak balik kembali di waktu malam akan coba tangkap itu kawanan perampok dengan seorang diri, sedang siangnya ia sudah kena diringkus dan hampir mampus. Mengapakah ia tidak mau bawa orang-orang polisi? Apakah di Java sudah tidak ada polisi lagi? Bukankah satu tuan tanah ada berkuasa besar dan banyak orangnya? Kalau tidak mau atau tidak bisa dapat pertolongan polisi, mengapakah ia tidak bawa kuli-kuli atau mandor dari itu onderneming akan bantu padanya? Dan yang paling aneh, ia mau tangkap itu enam tujuh penjahat dengan tangan kosong, zonder bawa senjata api, senjata tajam atau pun tongkat, sedang ia sudah tahu itu kawanan penjahat ada amat nekat.
Lebih lucu lagi waktu itu kawanan penjahat datang di itu pondok dan dapat tahu Peng Liang sudah terlepas, ia orang tidak sekali kelihatan kaget dan tidak unjuk kekhawatiran atau takut nanti itu orang tawanan yang minggat kasih tahu ini hal pada polisi, hanya dengan senang ia orang bekerja terus akan angkut itu bilang blas peti besar karet curian ke dalam vrachtauto seperti juga tidak kejadian apa-apa. Inilah tidak cocok dengan psikologi dari kawanan penjahat. Juga ada tidak masuk diakal itu kawanan penjahat, sesudahnya simpan karetnya di itu gubuk dan ringkus Peng Liang di satu bale, semua lantas berlalu, hingga itu orang tawanan tidak ada yang jaga, dan waktu itu gubuk terbakar dengan asapnya mengepul tidak ada satu orang yang tahu selainnya itu dua siotjia dengan mereka punya chauffeur yang kebetulan lewat dengan auto-nya di dekat itu tempat.
Waktu Peng Liang dengan dibantu oleh itu dua gadis sudah bisa kalahkan itu kawanan penjahat cuma dengan gunakan tangan itu enam penjahat satu persatu sudah diikat tangannya ke belakang dan dinaikkan ke atas vrachtauto sebagai satu kawanan babi yang hendak dikirim ke jagal. Ini pun tidak masuk diakal, karena biasanya kalau satu penjahat sudah tidak taksiran buat melawan, ia orang lalu melarikan diri, tidak nanti manda diikat seperti ayam, sedang kawannya ada enam dan yang datang tangkap padanya cuma tiga orang, yang semua tidak bawa senjata api atau barang tajam, hanya dengan gunakan tangan melulu. Dalam film Amerika, sedikit orang polisi bisa tangkap banyak penjahat dengan mengancam sama revolver. Orang jahat biasanya lantas lari kalau tidak taksiran melawan.
Apa yang kita unjuk di atas ada catat-catat yang penting dalam jalannya cerita. Selainnya dari itu, ada kedapatan banyak catat-catat kecil dari pengaturan dan actie orang-orang yang main. Itu babu Kim Nio tidak mesti pakai Shanghai Dress atau sepatu, karena di Java belum pernah ada satu babu tua, meski pun seorang Tionghoa, yang pakai itu macam pakaian setiap hari. Waktu ia sakit, ada terlalu menyelap dikasih lihat nyonya tuan tanah tungguin dan rawatin padanya seperti juga ia jadi Kim Nio punya babu, dan kipasin juga badannya Kim Nio, karena dalam penghidupan umum, pemandangan begitu jarang terdapat, karena satu tuan tanah mesti mempunyai cukup bujang akan rawatin pada itu babu yang sakit, lain perkara kalau yang sakit ada nyonya Wie Kiam punya ibu, saudara atau anak sendiri. Waktu Peng Liang kedapatan oleh Lily dan Nelly terikat di bale-bale, itu dua gadis tidak kelihatan kaget atau kamekmek seperti biasanya orang yang ketemukan apa-apa yang luar biasa, hanya lantas saja memburu seperti juga itu hal ia orang sudah tahu lebih dulu. Lain dari itu, jongos dari Wie Kiam tidak mesti memberi hormat pada tuannya dengan kasih saluut secara militer, sebab adat begitu belum pernah digunakan oleh jongos-jongos di Java.
Teksnya dalam bahasa Melayu ada rapih, cuma ada kurang surup satu bapak mesti berbahasa “saya” pada anaknya. Mengapakah tidak gunakan “aku”?
***
Buat kritik lain orang punya pekerjaan memang gampang, begitulah barangkali orang nanti bilang. Tapi kita lahirkan ini kritik bukan buat iseng-iseng, hanya akan guna kepentingan orang banyak, baik yang bikin itu film-film baik pun yang akan datang menonton. Tuan Liem Goan Lian telah terangkan, dalam bulan September akan dibikin pula film yang kedua, hingga dengan lahirkan ini kritik sekarang, kita harap dalam itu film yang kedua ia nanti atur dengan lebih rapih, hingga film keluarannya The South Sea Film Producing Company jadi lebih berharga.
Kita mengerti, jalannya cerita sudah dibikin begitu ada dari lantaran siotjia-siotjia Bo Tan dan Lian Hwa, begitu pun tuan Kwee Koh Pang, ada pandai main pukulan hingga seberapa boleh mau diadakan banyak perkelahian akan kasih kans buat ia orang tunjukkan kepandaiannya dalam ilmu silat. Tapi itu jalan cerita yang diambil ada keliru, hingga tidak bisa membikin kagumnya orang-orang yang mengenal film yang bagus.
Meski begitu, kita mau bilang di sini bahwa “Lily van Java” ada berharga juga buat dilihat. Bagian kesatu ada diatur sangat rapih dan bagus sekali. Bermula orang nanti dapat lihat satu pemandangan indah dari Java, dengan sungai dan sawah-sawahnya, kebun karet, bagaimana orang menyadap karet, rumah dari tuan tanah dan lain-lain yang tidak bisa dicela. Di bagian penghabisan ada dipertunjukkan Lily dan Peng Liang lagi berduduk di bangku di hadapan air mancur dari kebun tuan besar di Buitenzorg dalam sikap seperti biasanya dua orang muda pengantin baru yang lagi bikin honeymoon.
Ini semua ada jadi imbangan dari jalannya itu cerita yang kurang rapih. Juga orang mesti ingat, banyak film Eropa dan Amerika yang termasyhur, seperti De Klauw dan lain-lain, yang sifatnya sangat bocingli, meski juga dalam tempo belakangan, film-film begitu sudah banyak kurang, dan akan gantinya, orang keluarkan banyak film yang betul-betul mengunjukkan kunst yang tinggi, yang petakan dengan sejujurnya bayangan dari penghidupan.
Dari sebab itu, sedang kita harus ucapkan kritik pada apa yang masih bercacat atau kurang, kita mesti taruh harga dan kagumkan itu film punya lain-lain bagian. Dipimpin oleh orang-orang yang pandai dan rajin seperti tuan Liem Goan Lian c.s. kita percaya ini kongsi film Tionghoa yang pertama dari Java di satu waktu nanti berhasil bagus dan bisa maju dengan pesat.