Sumber: Tempo, Tahun XVI, No. 35, 25 Oktober 1986, hlm. 64-65.
Pertama kali: pameran seni rupa hasil komputer. Ada, ternyata, yang tak pernah bisa dimiliki khayalan kita. Sebuah peluang yang tersedia di hari-hari mendatang.
Akankah komputer menyerbu seni rupa kita, secara besar-besaran? Sejak awal September, dan berakhir pekan ini, majalah Aku Tahu dan Pusat Ilmu Komputer Universitas Indonesia (Pusilkom-UI) menyelenggarakan lomba lukis komputer. Tujuan: mengajak masyarakat, terutama generasi mudanya, untuk mengikuti dan berpartisipasi dalam perkembangan ilmu, teknologi, dan seni —seperti tertulis. Pengikut: lebih dari 150 siswa (SD, SMP, SMA) dan sejumlah mahasiswa.
Hanya satu atau dua mahasiswa seni yang ikut. Tetapi di Bandung, dalam pada itu, akhir September yang lalu, Djoni Djuhari —perupa dan pengajar di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB, yang telah mencoba-coba komputer lebih setengah tahun— menyajikan perolehannya di Pusat Ilmu Komputer dan Sistem Informasi (PIKSI) ITB. Pameran kecil-kecilan ini sempat menggugah minat kalangan seni rupa kita.
Lalu, dalam rangka Festival Komputer dan Seni Grafis, oleh Aku Tahu dan Pusilkom-UI digelarkanlah hasil babak penyisihan lomba lukis itu sekaligus bersama hasil kerja Djoni Djuhari dan Boedhihartono, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Acara buntut yang empat hari ini, yang dua harinya diisi sarasehan, berakhir Ahad kemarin.
Memasuki ruang pameran, kita melihat beberapa pesawat komputer sedang istirahat. Terpasang pada sejumlah panel adalah lebih dari 140 lukisan: foto dari gambar-gambar yang semula tampil di layar. Jadi, pertama-tama kita melihat pameran hasil fotografi, bukan lukisan elektronika.
Yang “dilukis” para pelomba: pemandangan, bangunan, dan kendaraan (mobil, kapal, pesawat udara), yang keseluruhannya membentuk bagian terbesar isi pameran. Lalu ada manusia dengan aneka kegiatannya. Ada sedikit fauna dan flora. Dan lain-lain.
Lukisan pemandangan pada umumnya memperlihatkan obyek dan gubahan berdasarkan skema yang lazim pada lukisan populer. Misalnya gunung di tengah horison, dengan jalan, atau sungai, atau telaga, di arah bawah. Lebih ke bawah, di kanan kiri, pohon-pohonan. Atau skema lainnya: perahu layar di laut, bulan di atasnya, dan beberapa burung terbang di langit. Ciri lain, yang banyak terdapat pada lukisan pemandangan yang dipamerkan, ialah garis-garis sederhana dan warna yang mengisi bidang, secara rata. Ciri ini juga tampak pada kebanyakan lukisan bangunan dan kendaraan.
Sudah tentu, garis sederhana dan warna yang rata bukan ciri lukisan komputer. Sebab, dalam pameran ini —dapat dilihat pada beberapa pekerjaan Boedhihartono dan Djoni Djuhari, misalnya— kita menemukan juga garis-garis yang meliku-liku alias rumit. Sifat coretan yang khas tarikan tangan dapat tampil dengan jelasnya. Pada karya Djoni, atau Boedhi, atau lainnya tetap tampak pengalaman, keterampilan, dan kepribadian masing-masing. Beberapa lukisan bahkan memperlihatkan warna-warna seperti olesan cat atau goresan pastel.
Dalam keadaan kasar, tentunya. Setiap penonton dapat melihat jelas bahwa sebuah lukisan komputer terbentuk dari bintik-bintik atau petak-petak kecil —unsur terkecil, yang disebut pixel— yang menyebabkannya mirip gambar raster di halaman majalah. Akibat pixel yang kasar, garis diagonal tampak bergerigi.
Itu karena para pemamer memakai peralatan yang dasar, yang paling sederhana. Dewasa ini terdapat peralatan yang memungkinkan orang membuat di layar monitor garis diagonal yang tampak malar (kontinu), atau peralihan warna (dari gelap ke terang, atau dari satu ke lain warna) yang tampak halus.
Bagaimanapun, di ruang pameran itu semua lukisan (meski dalam foto) kelihatan bersih, apik, cerah —memberikan kesegaran tertentu. Memang, gambar-gambar ini ditawarkan untuk penghias ruangan.
Tetapi hubungan antara komputer dan seni rupa tidak hanya sampai di situ. Dengan latar belakang kegiatan di bidang grafis, fotografi, desain tekstil, dan sinematografi, Djoni Djuhari melihat kemungkinan yang lebih luas. Itu bermula tahun lalu, dari tantangan tugas yang dihadapinya di ITB: membuat ilustrasi untuk pengajaran komputer. Ia lalu berupaya memahaminya, dan berhubungan, di samping dengan PIKSI-ITB, juga dengan Pusilkom-UI, PIKSI-IKIP, dan USI (Usaha Sistem Informasi) IBM, ketiganya di Jakarta. Dengan perangkat keras komputer PC-XT-IBM compatible, dilengkapi dengan monitor berwarna, keyboard, mouse, dan printer, dan dengan perangkat lunak DR HALO, Enmergraphic, PC Paint Brush, Printshop, dan PC Storyboard, ia bereksperimen membuat program-program untuk lukisan, animasi, penjudulan, desain tekstil, dan lain-lain.
Ya. Komputer punya kemampuan perupaan yang menakjubkan. Dengan berbagai alat, seperti pena, alat tulis, dan panel —semua elektronik— yang geraknya dapat “diindrai” secara elektronik, orang dapat menggambar atau melukis secara langsung. Juga bisa menggunakan kamera televisi yang dihubungkan dengan pesawat. Komputer dapat menerima dan menangkap gambar, menyimpannya, dan kembali menampilkannya. Dan sekali tersimpan dalam “ingatan” pesawat ini, ia menjadi bagian sistem pengolahan gambar yang aktif dan berkelanjutan. Ia dapat diperlihatkan di layar elektronik, sebagian dihapus untuk diganti, sementara gambar asli masih dapat dipanggil lagi. Gambar dapat dialihkan ke media cetak atau fotografi. Dapat diubah ukurannya. Dapat diputar, agar memperlihatkan sisi lain. Digeser letaknya. Atau dipadukan dengan gambar lain.
Dapatkah Anda bayangkan satu wajah yang merupakan gabungan wajah-wajah Reagan, Brezhnev, Mitterrand, Thatcher, Xiaoping? Komputer bukan saja dapat membuatnya, tapi juga mengupayakan agar banyaknya unsur wajah yang tampil sebanding dengan kekuatan senjata nuklir yang dimiliki tiap negara pemimpin yang bersangkutan.
Komputer dapat menghasilkan rentetan gambar yang memperlihatkan proses alih ragam, misalnya dari ulat ke kupu-kupu. Dan komputer membukakan dunia rupa yang baru. Teleskop Galilei telah mendekatkan jagat raya ke manusia, dan mikroskop Van Leeuwenhoek menyingkapkan dunia hayat yang tersembunyi di bawah dunia yang tampak. Mereka memperluas kesadaran kita. Tapi komputer mengeluarkan dunia rupa yang membentang dari aktivitas otak ke aktivitas galaksi. Hebat, Anda berkata.
Oleh kemampuan-kemampuannya, dengan alat ini orang dapat membuat fantasi yang tak dapat dibayangkan khayalannya sendiri. Memakai komputer untuk membuat lukisan dan desain, sangat menghemat waktu serta tenaga. Dan, seandainya berbagai kemungkinannya dijelajahi, tidakkah bisa muncul juga seni baru yang mandiri, yang memberikan pengalaman estetik yang khas, seni komputer?