PASAR SENI ATAUKAH PASAR MOBIL?

(Catatan Tentang Riuhnya Gerak Seni dan Pemasarannya di Eropa)

Sumber: Sinar Harapan, 18 Desember 1976.

Tiap tahun di Eropa diselenggarakan pasar seni internasional yang diikuti oleh galeri-galeri besar. Galeri di Eropa benar-benar berfungsi sebagai pabrik seni, yang mengurusi soal penerbitan buku katalogus, publikasi dan juga studio dari seniman yang dihadirkan.

Jelasnya begini: Dalam karya-karya grafis, proses pembuatan dan edisi ditangani oleh galeri. Seperti Victor Vasarely, saya yakin optical art-nya tidak terkontrol lagi edisinya. Dalam majalah Kunst pernah saya baca reklame tentang litografi dari Max Ernst, yang beredisi 1500 eksemplar… Majalah mahasiswa Jan van Eyck Academie, pernah mencatat jumlah galeri yang menerbitkan majalah seni, berjumlah 226 (di Eropa dan Amerika), khusus seni rupa.

Pasar seni yang benar-benar pasar ini, diselenggarakan di kota Düsseldorf (Jerman Barat). Dan tahun yang lalu di kota Köln. Lokasinya di stadion besar Düsseldorf, diikuti oleh seluruh galeri besar Eropa yang berjumlah kurang lebih 70 galeri, serta ruang untuk film-film eksperimental, video performance dan seni yang belum ada namanya.

Bagi saya di stadion “pasar seni” itu ada dua kelompok yang sedang “tarung dingin”. Yaitu galeri komersil yang menjual karya-karya kakap misalkan Matisse, Frank Stella, Dali, Max Ernst, dan lain-lain (seni lukis dua dimensi), dan golongan kecil seni experiment (yang belum punya kriteria yang mapan, berubah, membentuk) yang berjumlah sekitar 10 tempat saja.

Tempat pertama sangat rapi, lux, dijaga wanita-wanita cantik berparfum dan dihadiri oleh manajer-manajer Philips, Volvo Hifi….; sedangkan tempat kedua, rambut gondrong, ceroboh, buku-buku agitasi dan dihadiri oleh pemuda atau pemudi yang tidak berparfum.

Di tempat pertama, harga-harga karya yang dijual mulai dari 1000 D.M. hingga 100.000 D.M.. Dan di tempat kedua ½ D.M. (post card) hingga 40 D.M. (buku yang diterbitkan sendiri).

Nama-nama besar seniman mutakhir (seniman peralihan dari mazhab pop dan new realis) yang sekarang bergerak ke seni eksperimental seperti Klaus Staeck, Joseph Beuys, Mario Banana, dan Sigmar Polke, yang biasa bekerja dengan video recorder, photo polaroid, body art, conceptual art dan … (?) di pasar seni tersebut hanya menghadirkan buku-buku puisi, post card, poster-poster agitasi dan beberapa foto. Jelas mereka tidak ada niat seperti tempat pertama.

Atau kita masuk saja ke tempat seni elektris yang menegangkan syaraf. Dan setelah itu, kita cari ketenangan, melihat master-master lampau sambil menciumi bau parfum nyonya manajer yang dalam tempo 15 menit memboyong karya seni sekitar 200.000 D.M. Fantastis……