Sumber: Pertjatoeran Doenia dan Film, No. 2, Tahun I, 1 Juli 1941, hlm. 9-10.
Radio adalah kebudayaan Barat yang paling muda dan kini sudah mendapat tempat juga di dalam masyarakat kita, yang tak kurang pentingnya dibanding dengan kedudukan film di tengah-tengah hidup bersama dari rakyat kita. Seperti juga masuknya film kedalam kebudayaan kita itu mempunyai akibat yang baik dan yang jahat, begitu pula radio; dan mengetahui baik dan jahatnya, pun juga dalam soal radio itu berarti kita akan dapat mengurangi kerugian serta memperbesarkan manfaat yang boleh kita dapat dari adanya radio didalam khalayak kita. Kewajiban kita ialah mempergunakan segala kebudayaan kita sendiri.
Tak boleh dilupakan pula, bahwa didalam kita menyusun masyarakat baru itu, haruslah kita selalu mempergunakan pengalaman orang-orang lain (profiteeren van de ervaring van anderen), agar kita dapat mempercepat laku, tak usah mengulang yang merugikan.
Kebaikan dari radio yang terutama yaitu karena dengan duduk di rumah kita sendiri kita dapat berhubung dengan dunia besar, dengan seluruh pusat dari semua negeri yang beradab. Barang tentu keadaan yang sedemikian itu menarik kita dari alam kita sendiri yang kecil ke alam besar, yang dalam akibatnya memperluas pandangan jiwa kita. Sebelumnya ada radio maka rakyat kita mendengar juga macam-macam kejadian di seluruh dunia dengan perantaraan surat-surat kabar, surat-surat berkala dan gambar hidup, akan tetapi semuanya itu masih bersifat “cerita” atau “dongeng” atau nampaknya sebagai “pertunjukan” —sedangkan mendengarkan siaran radio dengan mengarti bahwa pada saat itu juga segala yang kita dengarkan itu memang sungguh sedangnya berlaku, itulah memberi kesan pada kita, bahwa kita turut mengalami. Alangkah baiknya, jika nanti “televisie”, yang sekarang sudah mulai diusahakan itu, dapat mudah disiarkan; barang tentulah itu akan menyempurnakan bersatunya dunia serta bersatunya hidup manusia.
Kebaikan yang kedua yaitu, karena dengan alat radio kita dapat mudah menyebar atau menerima segala pengajaran ilmu dan kepandaian, dengan sekaligus terhadap orang banyak. Barang tentu tiada seorang dapat meniadakan faedah yang sebesar itu. Dalam hal penyiaran ilmu, pengetahuan, kepandaian, kesenian dan lain-lain, maka radio itu bersifat suatu “volksuniversiteit“. Hanya saja mendengarkan sesuatu khotbah tidak dengan melihat orangnya yang berbicara, itu lebih sukar dari pada menerima khotbah dengan langsung pada rapat-khotbah atau “lezingsvergadering“, akan tetapi dengan syarat-syarat yang pasti, misalnya dengan menyingkatkan lezingnya, hanya membicarakan yang pokok-pokok saja.
Kewajiban yang ketiga dari radio yaitu karena dengan alat itu kini tiap-tiap orang mau atau tidak mau mesti mendengarkan lagu serta nyanyian (gending dan tembang), radio-tooneel (wayang wong atau wayang kulit) dan kesenian-kesenian sebagainya. Ini berarti bahwa sekarang sekalian pendengar itu amat berdekatan dengan alam kesenian.
Terus menerus mereka kemasukan pengaruh musik atau lagu-laguan itu menurut psikologi besar sekali faedahnya. Bahkan kalau masuknya pengaruh itu onbewust (dengan tidak mengarti sendiri) pun akibatnya pada bentuk budi pekerti tidak sedikit. Bandingkanlah saja tabiat musikal dari orang-orang yang pada waktu kecilnya berdekatan dengan alam-lagu (walaupun tak pernah belajar musik) dengan mereka yang hanya kadang-kadang saja mendengar musik. Lain dari pada itu dimasuki pengaruh musik itu tidak saja memperkuat dasar-kemusikalan (muzikale aanleg) akan tetapi turut juga memberi (urun udu) bentuk pada budi-pekerti dalam umumnya. (Mudah-mudahan tentang kesenian dalam pendidikan itu kelak kita dapat memberi keterangan dalam majalah ini, jika redaksi memperbolehkan. —Kita sambut dengan gembira. Red.)
Kebaikan yang keempat: dari kerap kali mendengarkan pengajaran atau siaran kesenian, maka terbuktilah sudah, bahwa semangat belajar, yaitu semangat untuk mengetahui segala pengetahuan, kini nampak bertambah, serta pula kesenangan pada musik pada waktu sekarang terdapat pada orang-orang yang tadinya sama sekali tidak mengindahkannya. Keadaan yang menggirangkan ini terbukti dari bertimbulnya klub-klub musik atau gamelan dimana-mana, juga terbukti dengan kerap kalinya para pemain musik dan niyaga dipesan. Pengiraan orang, bahwa karena adanya radio boleh jadi orang-orang tak lagi akan mengadakan perayaan dengan musik gamelan, cukup memutar radio saja, nyatalah tidak benar. Juga pengiraan orang bahwa semangat untuk belajar musik atau gending itu akan berkurang, karena orang sekarang mudah dan biasa mendengarkan saja, tidak terbukti kenyataannya. Bolehlah dalam hal ini ditetapkan, bahwa karena terpaksa kerap kali mendengar musik, lambat laun orang-orang yang tadinya sama sekali tak kenal, dengan kesenian lagu itu kini kemasukan rasa cinta kepada lagu “Onbekend maakt onbemind” sungguh terbuktilah dalam hal ini.
Kebaikan pula dari adanya radio terhadap pada persatuan dari rakyat kita, yaitu bangsa Jawa kini terpaksa mengetahui adanya kesenian dari lain daerah, sebaliknya orang-orang Borneo, Sulawesi, Ambon, Sumatera dan lain-lain dapat juga menyaksikan sendiri adanya kesenian dari daerah Jawa. Saling mengenali itu perlu sekali, jika kita sungguh hendak mempersatukan bangsa dalam persatuan yang murni, yang nyata dan natuurlijk, janganlah persatuan yang “bikinan” saja, hanya hidup sebagai kata, tetapi dalam hakekatnya tidak hidup sebagai realiteit. Persatuan yang “kunstmatig” tidak akan dapat hidup kekal.
Dalam hubungan ini, yaitu dengan tersebarnya kesenian dari satu-satunya daerah ke seluruh Indonesia, ternyatalah pula timbulnya kemajuan dari segala kesenian itu. Yang pertama kali kemajuan itu mengenai terlepasnya kesenian-kesenian itu dari adat-adat yang bersifat “kuno” (conservatief) serta mengingat amat eratnya hingga tak ada kemajuan yang nampak (sleur, verstarring), tetapi juga orang-orang lalu dapat pengertian serta keinsyafan tentang “kebutuhan zaman”, yang lalu menyebabkan, timbulnya bentuk-bentuk baru dari masing-masing kesenian itu. Bolehlah tentang sifat dan bentuk kesenian lagu itu dibilang, bahwa pada zaman sekarang tidak lagi kesenian-kesenian daerah itu seolah-olah tersimpan didalam “besloten kringen” saja, akan tetapi kini bersifat “openbaar“, yakni dipersaksikan pada publik serta pada tiap-tiap waktu dapat kritikan-kritikan yang perlu.
Masih banyak faedah-faedah yang terhadap dari pada siaran radio, akan tetapi yang tersebut di muka semua itu sudah cukuplah agaknya untuk menetapkan, bahwa radio itu sungguh memberi kemajuan dalam hidup kita, baik sosial maupun cultureel.
Kejahatan dari radio barang tentu ada juga, yaitu dalam umumnya kalau ada siaran, baik dengan tulisan, gambaran atau pertunjukan, maupun pendengaran seperti pencaran suara dari alat radio, barang tentulah disitu kerap kali orang mendapati siaran-siaran yang untuk satu-satunya orang jadi merugikan. Seorang kanak-kanak misalnya turut mendengarkan tonil yang hanya patut didengarkan oleh orang-orang tua, atau nyanyian yang mengandung perkataan-perkataan yang tak baik untuk kanak-kanak, demikian sebagainya.
Juga penyiaran kesenian yang kurang baik, boleh jadi pula merugikan, yaitu agak merusak rasa kesenian (kunstgevoel) dari kaum pendengar, sedangkan pada umumnya biasa mendengarkan musik yang kurang baik, itu lalu dapat menyebabkan “vervlakking” dari jiwa si pendengar, yakni tak mampulah ia merasakan halusnya serta dalamnya masih agak bertingkat tinggi. Kalau publik hanya minta kesenian suara yang dangkal-dangkal, yang kasar-kasar saja, itulah dapat pula menimbulkan bahaya untuk kemajuan kebudayaan, karena segala kesenian yang halus dan luhur lalu tidak laku.
Banyak pula kejelekan lain-lainnya dari radio, akan tetapi semua kejahatan dari radio itu gampang dikuranginya oleh pihak yang berkuasa, yaitu dengan jalan radio-censuur. Censuur itu kini sudah ada, walaupun masih kurang baiknya, yaitu misalnya amat keras dalam hal-hal yang sebenarnya tak ada kekhawatiran sedikit jua pun, sebaliknya amat lembek lemas dalam lain-lain hal, yang memerlukan penililikan tertib, umpamanya perkataan-perkataan dalam plaat-plaat gramophoon yang tak patut didengarkan oleh anak-anak dalam umumnya. Mudah-mudahan saja pengamat-amatan siaran radio itu makin lama makin baik dan sempurna, agar dengan pengawasan dan tuntunan yang bijaksana dapatlah alat radio itu mempertinggi derajat kemanusiaan, yakni adab, dari bangsa kita seluruhnya.